Selasa, 02 Agustus 2011

BERMAIN DENGAN LIMBAH KERAJINAN TENUN IKAT TROSO Di Sentra Seni dan Kreativitas


A. PENDAHULUAN
Bermain merupakan cara yang paling tepat untuk mengembangkan kemampuan anak PAUD sesuai kompetensinya. Melalui bermain, anak memperoleh dan memproses informasi mengenai hal-hal baru dan berlatih melalui keterampilan yang ada. Bermain disesuaikan dengan perkembangan anak. Permainan yang digunakan di PAUD merupakan permainan yang merangsang kreativitas anak dan menyenangkan. Untuk itu bermain sambil belajar dan belajar sambil bermain merupakan prinsip pokok dalam pembelajaran di PAUD (Depdiknas, 2006). .
Seto Mulyadi (2006) psikolog anak, menjelaskan bahwa anak adalah anak, anak bukan manusia dewasa mini, karena itu metode pembelajaran terhadap anak harus disesuaikan dengan perkembangannya. Dunia anak adalah dunia bermain. Pada dasarnya anak senang sekali belajar, asal dilakukan dengan cara-cara bermain yang menyenangkan.
Menyiapkan lingkungan kegiatan bermain yang bermakna, aman, nyaman dengan pengembangan konsep PAUD serta berbasis pada Karakter Budaya Bangsa  adalah ciri pembelajaran yang berorentasi pada kebutuhan anak untuk mewujudkan PAUD holistic Integratif.
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Holistik-Integratif adalah pengembangan anak usia dini yang dilakukan berdasarkan pemahaman untuk memenuhi kebutuhan esensial anak yang beragam dan saling berkait secara simultan dan sistematis, yang meliputi berbagai aspek pengembangan fisik dan non fisik, agar anak dapat tumbuh kembang sebagai anak yang sehat, kuat, cerdas, ceria, dan berbudi luhur. Pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini secara fisik, mental, emosional, dan sosial dipengaruhi oleh pemeliharaan kesehatan, pemenuhan gizi, pendidikan, stimulasi mental, dan psikososial (Bappenas)
Upaya yang ditempuh oleh Tutor/ Pendidik untuk mewujudkan hal tersebut salah satunya adalah  menciptakan ragam main yang berbasis muatan lokal/kearifan lokal.
Ragam main berbasis kearifan lokal adalah ragam main yang mengajarkan peserta didik untuk selalu dekat dengan situasi konkrit yang mereka hadapi sehari-hari. Ragam main berbasis kearifan lokal merupakan sebuah contoh ragam main yang mempunyai relevansi tinggi bagi kecakapan pengembangan hidup, dengan berpijak pada pemberdayaan ketrampilan serta potensi lokal pada tiap-tiap daerah.
Keunggulan lokal adalah segala sesuatu yang merupakan ciri khas kedaerahan yang mencakup aspek ekonomi, budaya, teknologi informasi dan komunikasi, ekologi, dan lain-lain. Salah satu sumber mengatakan bahwa Keunggulan lokal adalah hasil bumi, kreasi seni, tradisi, budaya, pelayanan, jasa, sumber daya alam, sumber daya manusia atau lainnya yang menjadi keunggulan suatu daerah (Dedidwitagama,2007). Dari kedua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa Keunggulan Lokal (KL) adalah suatu proses dan realisasi peningkatan nilai dari suatu potensi daerah sehingga menjadi produk/jasa atau karya lain yang bernilai tinggi, bersifat unik dan memiliki keunggulan komparatif.
Di Jepara terdapat beberapa sentra industri kerajinan yang merupakan Keunggulan Lokal dan  tradisi turun temurun dari peninggalan nenek moyang yang tetap lestari sampai sekarang. Jepara dikenal sebagai Kota ukir, karena terdapat sentra kerajinan ukiran kayu, ketenarannya hingga ke luar negeri. Kerajinan mebel dan ukir ini tersebar merata hampir di seluruh kecamatan dengan keahlian masing-masing. Namun sentra perdagangannya terlekat di wilayah Ngabul, Senenan, Tahunan, Pekeng, Kalongan dan Jalan Pemuda. Selain itu, Jepara merupakan kota kelahiran pahlawan wanita Indonesia R.A. Kartini.
Potensi Kabupaten Jepara antara lain:
  • Industri Mebel Ukir Jepara. Industri ini tersebar luas di hampir semua kecamatan Jepara, kecuali Kecamatan Karimun Jawa
  • Kerajinan Patung & Ukiran. Sentra Kerajinan ini terdapat di desa Mulyoharjo Jepara. Di sana terdapat lebih dari 90 pengusaha di bidang kerajinan Patung dan Ukiran
  • Kerajinan Relief.Sentra. Kerajinan ini terdapat di Desa Senenan, dekat Rumah Sakit Kartini Senenan Jepara.
  • Mebel & Kerajinan Rotan. Kerajinan rotan ini tersentra di Desa Teluk Sidi Jepara.
  • Tenun Ikat Troso (sarung, sprei, korden, bahan baju terbuat deri sutra dan katun). Sentra Tenun ini tersentra di daerah Troso, Pecangaan, Jepara.
  • Kerajinan Monel di Kriyan, Kalinyamatan, Jepara.
  • Kerajinan Gerabah Mayong
  • pariwisata
Industri Mebel dan Kerajinan merupakan industri andalan kabupaten Jepara. Industri tersebut telah menjadi tulang punggung perekonomian Jepara. Jepara juga memiliki banyak objek pariwisata menarik yang dapat dikembangkan lebih baik lagi, diantaranya Pantai Kartini, Bandengan dan Karimun Jawa. Karena keterbatasan APBD yang ada, maka pengembangan pun belum optimal. Selain itu, yang saat ini menarik adalah wisata budaya dan wisata industri. Industri mebel / ukir jepara, tenun ikat Troso yang berbasis HOME INDUSTRI dan merupakan kerajinan tangan yang dikembangkan menjadi wisata industri, wisata belanja produk kerajinan Jepara.
Sebagai PAUD yang lahir dan berada di tengah-tengah masyarakat industri kerajinan tenun ikat Troso, KB "Matholi’ul Huda" tidak lepas dari pengaruh budaya,  tradisi dan sumber daya masyarakatnya yang berprofesi sebagai pengrajin tenun. Tentu saja dampak yang ditimbulkan juga berimbas pada kelestarian alam lingkungan sekitar, terutama dampak hasil industri berupa sisa/limbah non organik, misalnya: sisa- sisa benang, ondol, plastik, karet slop, kaleng bahan pewarna (wenter), besi, bendrat dan bekas perangkat alat ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin) lainnya.
Oleh karena itu terbesit keinginan penulis untuk ikut sedikit mengurangi dampak buruk pencemaran tersebut, dengan cara memanfaatkan sebagian limbah menjadi alat permainan edukatif sebagai ragam main atau sumber belajar di PAUD untuk beberapa bidang pengembangan.
Ada tiga ragam main yang kami buat, masing-masing mempunyai keunikan sendiri-sendiri sebagai sumber belajar, yaitu:
1.      Permainan menyolet/ membatik


Menyolet adalah suatu proses memberi motif pada tenun ikat dengan cara mengikat kain atau benang dengan rafia mengikuti pola yang sudah dibuat sebelumnya. Biasanya dilakukan sebelum proses pemberian warna keseluruhan ( MENTER) .
Untuk mengenalkan profesi ini pada anak, penulis membuat ragam main menggunakan kain sutera sisa sortiran/adanan atau BS sebagai media untuk membatik atau menyolet menjadi motif jimpitan.
2.      Menenun/ menganyam benang menjadi kain

Proses ini dilakukan untuk menghasilkan kain ikat, biasanya menggunakan berbagai macam benang tergantung jenis yang diinginkan pasar maupun tujuan penggunaannya. misalnya: katun, sutra, mercereised, ondol,filamen, nilon dan lain-lain.
Dalam ragam main ini penulis menggunakan media papan kayu ringan dan paku pengait yang dibengkokkan serta menggunakan benang sisa yang biasanya terbuang begitu saja.
3.      Membuat  Rok untuk Boneka Benang Limbah



Boneka ini terbuat dari sisa benang katun ondol yang biasanya digunakan sebagai bahan dasar cover bed, bantalan/jok, tas, jaket dan aneka produk kerajinan tangan.
Penulis sengaja menampilkan ragam main  yang diadaptasi dari tradisi bermain golek pada masa lalu yang akhir-akhir ini terlupakan karena tergeser oleh mainan buatan pabrik yang mudah didapat dengan berbagai model menarik(yang kemudian melahirkan budaya konsumtif di kalangan anak-anak).
Boneka  benang ini bisa dibuat dengan cara mengikat sekumpulan benang limbah/ sisa dengan benang kasur, kemudian dibagi menjadi beberapa bagian seperti: kepala, badan, tangan dan kaki dengan cara diikat pula. Untuk mendapatkan boneka yang kuat, maka bagian kepala, badan, tangan dan kaki diberi kapas bagian dalamnya.
Dalam ragam main ini anak membuatkan rok untuk boneka dengan teknik menggunting bahan/kain sisa sortiran yang sudah dipola dengan kapur atau spidol oleh guru, dan menempel manik-manik sebagai penghias rok serta memakaikannya.
B. TUJUAN
Pada dasarnya ketiga ragam main ini bertujuan untuk menanamkan kepada anak tentang kepedulian terhadap  pelestarian budaya bangsa, kesehatan dan  keselamatan serta kelestarian alam  lingkungan dengan memanfaatkan limbah/sisa industri kerajinan tenun ikat Troso, serta mencegah pola hidup konsumtif dalam pengadaan sumber belajar berupa alat permainan edukatif dari limbah. Selain itu pembuatan ragam  Permainan   ini juga sebagai sarana untuk menggali potensi dan kreativitas pendidik di KB "Matholi’ul Huda"  Troso.
Sebagai seorang GURU/ TUTOR yang merupakan model, motivator dan fasilitator   selalu dituntut kematangan yang mempersyaratkan Willingnes And Ability sehingga proses belajar jadi bermakna.
Ketiga Ragam Main  ini diaplikasikan dengan model pembelajaran Sentra Bermain aktif yang berisi berbagai variasi kegiatan bermain seraya belajar yang merupakan ciri dari kelas berpusat pada anak ( Child Oriented) dandimodifikasi sesuai dengan perkembangan anak (Developmentally Appropriate Practice = DAP) serta berbasis pada Kecerdasan Jamak (Muiltiple Intelligent).
1. Pengembangan Moral dan Nilai Agama
Anak belajar sabar menunggu giliran dan mengikuti aturan permainan serta berdo’a ketika hendak memulai dan mengakhiri kegiatan.
2. Pengembangan Sosial Emosional
Meliputi pengembangan Perasaan dan Emosi serta pengembangan Kemampuan Sosial / Sosialisasi. Anak mampu bertenggang rasa, saling tolong menolong dalam penbuatan rok boneka, menenun maupun menyolet bersama teman, seolah-olah hidup dalam dunia nyata.
Pengembangan ini mengarah pada pencapaian Kecerdasan Intrapersonal, Kecerdasan Interpersonal dan Naturalistik.
3. Pengembangan Bahasa
Meliputi pengembangan Bahasa agar anak mampu berkomunikasi secara aktif dan pasif dengan lingkungan. Di dalam pembuatan rok, membatik maupun menenun dapat bekerja sama memecahkan masalah. Misalnya ketika menemui kesulitan memasukkan pakan ke lusi, menyambung benang, menentukan pilihan warna dalam membatik, menentukan motif, memberi asesoris/ manik-manik pada rok dan lain-lain.
Anak juga bisa melakukan 2-3 perintah, memahami kata dan kalimat sederhana, misalnya: ”Tolong ambilkan kain itu ” dalam permainan membatik.
Pengembangan Bahasa mengarah pada pencapaian Kecerdasan Linguistik.
4.      Pengembangan Kognitif
Meliputi pengembangan Matematika Permulaan dan Sains Permulaan. Pengembangan ini mengarah pada pencapaian Kecerdasan Logika Matematika dan Kecerdasan Visual Spatial. Anak bermain mencelup kain pada pewarna, mengkombinasikan warna adalah memainkan konsep sains secara sederhana.
Mengestimasi berapa jumlah ikatan / menghitung ikatan yang akan diwarna, memasukkan benang pakan ke benang lusi  dalam menenun/ menganyam juga memerlukan kecerdasan logis matematis serta membangun imajinasi.
 5.  Pengembangan Seni
Meliputi pengembangan  seni keterampilan, membuat karya kreatif (kerajinan tangan): Membatik, menganyam dan ketrampilan membuat rok Boneka Benang.
Pengembangan Seni mengarah pada pencapaian Kecerdasan Musikal dan Visual Spatial.
6. Pengembangan Fisik
Meliputi pengembangan Motorik Halus (fine motor) dan Motorik Kasar (gross motor) untuk pertumbuhan dan kesehatan anak.Ketiga ragam main ini mengandung unsur gerakan- gerakan yang merangsang perkembangan motorik halus anak. Mulai dari Membatik/ menyolet, menenun/ menganyam benang, dan membuat rok boneka benang.
Sedang motorik kasar  dicapai dalam aturan main, yaitu ketika anak pindah bergantian main, dan saat kegiatan awal/ olah tubuh menuju ke sentra, sambil menyanyi.
Pengembangan Fisik mengarah pada pencapaian Kecerdasan Body Kinestetik
Anak juga belajar memenuhi kebutuhan  dirinya sendiri akan pentingnya      menjaga kesehatan seperti mencuci tangan dan mengelap sampai bersih serta pemenuhan asupan gizi yang diperlukan tubuh dalam kegiatan makan bersama waktu istirahat, guna memenuhi semua kebutuhan dasar anak (fisik, mental, emosional, dan sosial) agar dapat bertumbuh dan berkembang optimal sesuai potensi yang dimilikinya.
C. SASARAN
Salah satu tugas yang paling sulit bagi guru Anak Usia Dini adalah ketika mereka harus merencanakan, mendesain,dan memberikan pengaturan pusat sumber belajar yang sesuai dengan kurikulum yang tepat untuk tingkat kemampuan menurut sasaran usia anak. Hal ini tentunya sangat berhubungan dengan pembelajaran yang berpusat pada anak.
 Sedang ragam main hasil pemikiran  dan kreatifitas penulis ini ditujukan untuk anak usia 5-6 tahun.
D. ALAT DAN BAHAN
Hampir 95% alat ragam main ini menggunkan limbah industri kerajianan tenun ikat Troso, yaitu:
  1. Gunting
  2. Cutter
  3. selotip bolak-balik
  4. Lem bakar
  5. Lem kayu
  6. Jarum
  7. Cat poster
  8. Cat minyak
  9. Benang sisa/ limbah
  10. Kyu bekas/ sisa reng
  11. paku sebagai pengait benang
  12. Limbah tusuk sate
  13. kapas/kapuk,dakron
  14. kain perca
  15. Pewarna makanan
  16. Air
  17. Mangkok
  18. tali rafia
  19. Manik-manik
E. CARA MEMAINKAN
Pada pijakan sebelum main (pijakan lingkungan), guru menyiapkan dan menempatkan bahan-bahan yang cukup , yaitu tiga ragam main yang telah dibuat tadi, dengan tempat yang cukup pula.
Guru membacakan buku yang berkaitan dengan pengalaman dan menggabungkan kosakata baru  dan menunjukkan konsep-konsep yang mendukung standar kinerja, memberikan gagasan bagaimana menggunakan bahan-bahan, mendiskusikan aturan dan harapan, menetapkan waktu dan mengelola anak untuk keberhasilan hubungan sosial.
Guru membagi anak kedalam kelompok kecil dan memberi kesempatan memilih pada setiap anak ragam main apa yang akan dimainkan lebih dulu, kemudian bergantian sesuai aturan.
Cara memainkannya sebagai berikut:
1.Menyolet/ membatik
  • Guru menyiapkan kain yang sudah dijimpit dan diikat sesuai pola
  • Menyiapkan wenter, pewarna dalm mangkuk-mangkuk kecil
  • Anak menyolet pada bagian yang tidak dijimpit dan ditali rafia  dengan warna yang disukai secara selang – seling atau mencampur dengan warna lain untuk menemukan warna baru.
  • Peras bahan/ kain yang dicolet hingga tuntas
  • Setelah  selesai buka ikatan
  • Kain sudah terbatik / termotif dengan indah.
2. Menenun/ menganyam Benang
  • Guru menyiapkan bidang dari kayu ringan yang telah dililiti benang melalui paku penyemat (bahan lusi)
  • Guru memberi contoh cara menganyam dengan cara mengerjakan sebagian kecil dari bidang hingga garis-garis pola anyaman terbentuk
  • Guru menyiapkan bahan pakan dengan cara menyematkan pada pangkal tusuk sate agar anak dengan mudah memasukkan pada lusi.
  • Anak meniru pola anyaman sederhana yang dicontohkan guru hingga tercipta potongan kain yang berupa anyaman benang.
3. Membuat Rok Boneka Benang
  • Guru menyiapkan Boneka Benang yang sudah di buat
  • Anak menggunting bahan dengan mengikuti pola yang dibuat guru
  • Anak memasang manik-manik sebagai aksesoris dengan cara menempel
  • Anak memakaikan rok pada boneka.
Guru mengamati dan mencatat semua aktifitas anak pada setiap  ragam main, kemudian mengambil kesimpulan dan penilaian.




Hasil coletan kain sutera limbah

tenunan benang limbah

Boneka benang ondol


4 komentar:

  1. waaah tulisannya panjang amiiirrr....
    dari kecil diberikan pelajaran yang sangat kreatif agar kelak sudah dewasa bisa mandiri.

    semoga menjadi anak yang pintar, cerdas, taat agama berbakti pada orang tua dan berguna bagi nusa dan bangsa. dan semoga kelak dewasanya bisa mengangkat deradjad orang tua dan negara....

    trims atas infonya, sukses selalu n TETAP SEMANGAT

    MAN JADDA WA JADA......

    BalasHapus
  2. Kang Harto, makasih banget support and kunjungannya.....
    maaf telat bukanya, met lebaran ya meski dah telat ...mohon maaf lahir batin....

    Merliza, makasih...salam kenal

    BalasHapus
  3. sangat asyik ya bisa berkreasi seperti itu, butuh jiwa yang kreatif dan mau mencoba dan berjuang untuk menghasilkan karya baru yang bermanfaat

    BalasHapus