Senin, 30 Juni 2014

Agar Garis Tampil Menarik (Membuat Pola Sack Dress)



Banyak trik membuat garis menjadi semakin menarik, karena garis-garis sebenarnya adalah motif paling tidak diskriminatif pada tubuh manapun. Si gemuk bisa disulapnya nampak langsing, si kurus bisa dibuatnya berisi dan si tubuh ideal makin menawan. Intinya, pandai-pandailah kita memainkannya.

Gambar model di bawah ini contohnya, meski sangat sederhana tapi cukup aksi kan? Mari ikuti langkah-langkah pembuatannya:


Buat pola dasar sesuai ukuran badan masing-masing seperti yang pernah saya posting disini : http://lifestyle.kompasiana.com/hobi/2011/10/07/cara-mudah-membuat-pola-gaun-401533.html atau di sini http://ichadiyah.blogspot.com/2011/04/cara-mudah-membuat-pola-gaun.html Buat pola blousenya saja sampai pinggang atau sampai titik B’ untuk pola bagian depan (pensil warna merah) dan titik D untuk belakang (pensil warna hitam). Lalu perpanjang ke bawah sampai 10 cm dari tik B’- B” untuk depan dan D – D’ untuk belakang. Ikuti garis pinggang ke panggul sesuai ukuran yang ada. Jika diketahui B’ – L dan D – D” adalah tinggi panggul, maka tariklah garis sisi pinggang ke sisi panggul. Jangan lupa berikan tambahan 2 cm pada bagian Tengah Muka Blouse untuk tempat kancing.

Pola sack dress bagian atas
Untuk kraagnya bisa dibuat seperti ini;




Sedang bagian rok buatlah polar ok setengah tingkaran seperti ini


Ukuran pinggang dan panjang rok sesuaikan dengan ukuranmu

Keterangan Polar ok sebagai berikut:
Perhatikan jari-jari lingkaran pada pola
A – B = 1/3 lingkar pinggang minus 1 cm
B – D = Panjang rok
G – H =  E – F = B – D
Hubungkan titik B – G – E dan D- H – F
Sekarang tinggal membuat pola kraggnya, sedang untuk lengan bisa dibuat sama dengan pola yang ada di postingan sebelumnya. Tapi tidak perlu dipotong untuk dikembangkan ya, biarkan saja lurus serta bagian pergelangan tinggal dibuatkan ban couple saja selebar 3 cm.
Cantik bukan, tunggu apalagi? Ayo, segera praktikkan biar bisa menambah cantik penampilanmu  untuk bersilaturrahim di hari raya nanti.

Baca Terusannya »»  

Minggu, 29 Juni 2014

Taddabur Alam ke Negeri di Awan



Saya pernah membaca di sebuah majalah wanita ternama, . seorang pujangga bernama St. Agustinus mengatakan : “Dunia ini bak sebuah buku. Bila Anda hanya berdiam diri di rumah, berarti Anda hanya membuka satu halaman.” Karena tidak mau rugi lantaran hanya membuka satu halaman buku yang sudah berada di tangan, maka banyak orang lalu memilih berjalan ke luar rumah, ke luar kota, ke luar daerah atau bahkan ke luar negeri, meski harus merogoh kocek bepuluh-puluh juta demi memuaskan rasa ingin tahunya dengan cara “membaca” seluruh halaman yang ada di buku itu.

Baru-baru ini saya mendapat kesempatan” membaca” halaman buku itu berkat “syafaat dari anak-anak. Ya, saya mengatakan ini syafaat (pertolongan) karena berkat mereka saya bisa mengunjungi tempat-tempat menarik yang menambah kekayaan rohani dan pengetahuan saya.

Salah satu tempat yang saya kunjungi baru-baru ini adalah Wonosobo dimana si bungsu mengikuti Jambore Daerah SD/MI KE 3. Menyelam sambil minum air atau sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui. Ya menjenguk anak, ya berziarah ke makam wali  juga plesiran. Lengkap, ha..ha..

Tepat pukul 03.45 saya dan rombongan sampai di Wonosobo. Instirahat sambil menunggu waktu sholat subuh di Masjid Jami’ Wonosobo, sarapan kemudian bablas menuju Dieng Plateau (Dataran Tinggi Dieng) yang berjarak sekitar 26 km, dengan armada minibus yang sudah disiapkan oleh pihak biro perjalanan.

siap mengantar Anda, Wonosobo-Dieng


Dieng Plateau (Dataran Tinggi Dieng ) ini ibarat sepotong kahyangan yang jatuh ke bumi. Dengan ketinggian sekitar 2.100 meter dari permukaan laut, tentu saja udara di daerah ini segar dan bersih. Pemandangannya sangat menakjubkan dan didukung suasana yang sangat tenang, cocok sekali untuk tempat refreshing sekaligus Tadabbur Alam jelang Ramadhan yang  merupakan sarana pembelajaran untuk lebih mengenal keMahabesaran Allah SWT yang telah menciptakan langit dan bumi serta segala isinya. Taddabur alam juga bisa digunakan untuk meningkatkan intensitas syukur kepadaNya. Dalam bahasa Sansekerta, Dieng bisa diartikan “gunung tempat tinggal dewa-dewi.” Namun dalam bahsa Jawa diartikan “wilayah yang indah.”

Pemandangannya sangat menakjubkan dan didukung suasana yang sangat tenang

Sepanjang Perjalanan menuju Dieng, terutama jika sudah mendekati wilayah Dieng, mata senantiasa dimanjakan dengan panorama indah dan dihadapkan pada lekuk jalur dengan rute berliku mengelilingi bukit dengan pemandangan pegunungan dan ladang penduduk di kanan kiri. Jika Anda Hobi memotret, siap-siaplah tak bisa lepas dari kamera karena pemandangan di sepanjang perjalanan hingga lokasi dataran tinggi Dieng akan merengek memaksa Anda untuk membidik dan menekan tombol kamera.

sepotong kahyangan yang jatuh ke bumi

Daya tarik utama wisata Dieng sebenarnya adalah candi-candi Hindu tertua di Indonesia yang ditemukan Eric Van Erph (penemu candi Borobudur) pad abad XIX yang terhampar di areal luas dan datar pada puncak Dieng. Di tengah, sekelompok candi ( Arjuna, Srikandi, Semar, Puntadewa dan Sembodro) berjejer dengan rukun. Sementara di tempat terpisah ada candi Bima, Gatotkaca dan Dwarawati.
Berjejer dengan rukun
 
Komplek candi Arjuna

Ada banyak tradisi  menarik di Dieng ini, misalnya Ritual Budaya yaitu Ruwatan Rambut Gimbal yang biasanya diadakan Setahun Sekali pada bulan Agustus. Rambut gimbal. Rambut gimbal yang ini benar-benar asli bukan hasil kreasi salon kayak yang dipunyai penganut aliran Reage atau Rasta seperti Bob Marley. Menurut keterangan mbak Yati, pemandu wisata kami, Rambut Gimbal Alami ini tumbuh hanya pada rambut anak-anak tertentu di Sekitar Dataran Tinggi Dieng. Mitos yang berkembang dan dipercaya sebagian masyarakat Dataran Tinggi Dieng, rambut gimbal dianggap bisa membawa musibah atau masalah di kemudian hari, sehingga mesti diruwat, karena dipercaya akan mendatangkan rezeki dan si anak dapat hidup normal dengan rambut yang normal. Sebelum dicukur rambutnya, ia akan terlebih dahulu ditanya  apa yang diinginkan sebagai syarat agar rambutnya boleh di potong. Permintaan anak tersebut harus dipenuhi, jika tidak, maka rambut Gimbal dikepalanya akan tumbuh lagi meski dipotong berkali-kali.
Sebelum prosesi pemotongan rambut Gimbal, ngumpul dulu di sini

Sebelum upacara pemotongan rambut, akan dilakukan ritual doa di beberapa tempat agar upacara dapat berjalan lancar. Tempat-tempat tersebut adalah Candi Dwarawati, komplek candi Arjuna, Sendang Maerokoco, Candi Gatot Kaca, Telaga Balai Kambang, Candi Bima, Kawah Sikidang, komplek Pertapaan Mandalasari (gua dimana pak Harto pernah bertapa) di kompleks Telaga Warna, Kali Pepek, dan tempat pemakaman Dieng.

Sikidang yang memesona   
Kawah Sikidang memberikan nuansa lain pada pariwisata Dieng. Pemandangan alam segar berwarna hijau mendadak lenyap begitu memasuki kompleks kawah ini. 

Sejauh mata memandang, hanya hamparan tanah tandus dikelilingi perbukitan dengan kolam yang terus menerus mengepulkan asap  

Narsis bareng mbak Yati, pemandu wisata kami 

Bergaya ala Capres

Dieng memang luar biasa. Kawah sikidang, Telaga Warna, Gua Semar, Goa sumur, Telaga Pengilon, Telaga Menjer, Kebun teh Tambi, Air Terjun Sikarim, Pemandian Kalianget, Bedekah, Waduk Wadaslintang, Dieng Plateau Theater dan Museum Kaliasa merupakan kawasan Wisata Wonosobo yang patut dikunjungi.

Telaga Warna 

Goa Semar 

Kegiatan jelajah alam peserta Jamda SD/MI di kawasan Telaga Warna 

Akhirnya sampai juga di lokasi Jamda, Kalianget

Puas memanjakan mata, kini giliran memanjakan perut dengan kuliner khas Dieng. : Mie Ongklok, Carica Dieng, Purwaceng, Tempe Kemul dan lain-lain.
Baca Terusannya »»  

Kamis, 28 Februari 2013

Tangis Rini di Sepertiga Malam

7 Desember belasan tahun yang lalu adalah hari paling besejarah buat Riri. Hari di mana ia menunjukkan pada dunia tentang simbol keibuan. Hari yang membuat ia bangga disebut sebagai ibu. Merasakan setiap hisapan lembut dari mulut mungil pada puting payudaranya. Sesekali ia merasakan geli dan getar-getar sensasi tak karuan.
Kini, Desember itu datang kembali membawa sejuta harapan, kecemasan dan optimisme yang semakin menipis. Kini sudah ada tiga buah hati yang tumbuh pesat yang mendekati akil baligh. Riri mulai kewalahan memhami mereka, bukan hanya dengan tubuh mereka tapi juga apa yang berkecamuk dalam benak mereka.
"Ah, andai kau tahu, nak. Ibu begitu mengkhawatirkanmu." Bisiknya dari kejauhan sambil memndangi foto profil yang ada di akun facebook putra sulungnya. Si tampan yang dulu berwajah chubby dan bicara dengan nada menggemaskan kini telah berubah menjadi sosok yang mempesona bukan hanya lawan jenis, tapi juga teman di lingkungan barunya.
Tak henti lantunan do'a-do'a dalam 24 jam ia panjatkan untuk keselamatan putra putrinya dari gangguan setan yang berbentuk gadis cantik atau pemuda ganteng yang berbicara cinta dan kasih sayang.
Televisi dan bioskop menayangkan sinetron dan film cinta murahan yang haram, dengan sedemikian indah dan mengharu biru. Infotainment merubah pezina, pelaku seks bebas yang jorok dan kotor menjadi pahlawan cinta dan kasih sayang.
Riri kembali terbenam dalam renungannya. Kembali teringat betapa dulu orang tuanya memproteksi dirinya dengan aturan yang ketat. Beberapa belas tahun yang lalu, bukan hanya orang tuanya, sejumlah bapak atau ibu lain masih berdiri di depan rumah dengan pentungan manakala ada pemuda datang mencari anak gadisnya di malam Ahad. Kini tidak sedikit ibu dan bapak yang meninggalkan rumah saat si gadis dikunjungi pacarnya.
Dahulu, majalah remaja mengajari pembacanya untuk menangkis bujuk rayu lawan jenis yang hendak bereksperimen seks. Kini, majalah remaja mengajari cara paling romantis dan seksi untuk melepas keperawanannya pada prom night.
Beberapa puluh tahun lalu, seorang gadis yang kehilangan keperawanannya akan mengurung diri dan mengunci rapat-rapat kamarnya apalagi sampai berani mengangkat wajahnya.Kini, gadis SMP dengan diantar pacarnya pergi ke bidan untuk meminta pil kontrasepsi atau menggugurkan kandungan adalah hal biasa. Bagi remja ini cinta adalah seks dan seks adalah cinta.
Air mata Riri semakin deras mengucur tanpa dihiraukannya. Ia kembali tengadah sambil bibirnya melantunkan pesan-pesan pada anaknya meski dari jarak berates-ratus kilometer.
Anakku, belajarlah dengan kurikulum utama, pelajaran utama bagi semua manusia, belajar mengenal Allah, kemhapenciptaanNya, kemahakuasaanNya dan kemhapemilikanNya atas kita.
Belajarlah rasa malu (hayya), belajarlah tentang cinta dan kasih sayang yang benar dan dizinkan Allah.
Baca Terusannya »»  

Rabu, 27 Februari 2013

Pispot Bertuah



Aku tak mengira kegilaan Wira pada kuliner sudah mendarahdaging. Gila benar si rambut kriting ini, masak warung mbah Rumi yang berada di pesisir dan terpencil ia sambangi juga. Kekagumannya pada masakan mbah Rumi tidak sekedar dibuktikan dalam rumpian antarteman tapi di sela ngoroknya pun bisa-bisanya mulutnya komat-kamit menyebut salah satu menu andalan warung mbah Rumi. Ilernya pun meleleh diiringi lengusan kenikmatan.
“Ah, Wira dalam kamus  hidupmu memang hanya ada makanan,” Keluhku sambil menyumpel mullet Wira dengan bantal tengik.
Setahun bersama Wira and the gang yang 80% anggotanya adalah penikmat kuliner menjadikanku fasih melafalkan menu-menu  mulai yang bertipe aneh bin sangar sampai yang ndeso sendeso-ndesonya.
^^^^
Siang ini, sepulang kerja kami berlima berencana membuktikan cerita Wira. Jalan becek, berkubang justru makin  meneguhkan tekad kami untuk mendapatkan sesuatu . Keyakinan mendapat imbalan sebuah kepuasan pulalah yang mengantarkan kami berkilo-kilo meter mencapai tujuan.
“ Akhirnya…..” Koor dengan kunci F pun tercipta.
Hi..hi…beginikah gelagat orang kelaparan yang merindukan asupan makanan? Mata berbinar pendirangan menyaksikan aneka gorengan dan aneka lauk pauk di atas meja penyajian. Opor kepiting adalah menu favorit yang diwiridkan  Wira selama ini memang tersedia di sana dan stoknya luar biasa banyak sebanding peminat yang hadir.
Wajah-wajah penuh nafsu  bertebaran di mana-mana.  Kami berlima mengambil posisi agak di luar karena sesaknya ruangan sambil menikmati lalu lalang perahu ikan nelayan. Dan tidak pakai lama pesanan datang menghampiri. Hmmmm…yummy, dari aroma terbayang kelezatannya.
Tanpa basa-basi segera sikat habis seluruh pesanan.
“Aku  ke belakang dulu ya.” Pamitku pada teman-teman.
Sambil nyengir dan sesekali pencet hidung, aku lalui jalan semit nan jorok menuju tempat melampiaskan hajat sesuai petunjuk salah satu pelayan mbah Rumi. Aku berniat kembali bergabung dengan teman-teman melalui jalan pintas untuk menghindari ruang pengap nan jorok demi menjaga menu yang sudah masuk ke dalam perut tidak tumpah karena mual terkontaminasi bau plus pemandangan tak sedap.
Kupilih lewat ruang utama warung itu sambil melirik menu-menu yang tersaji di meja. Dan, mataku menabrak pemandangan yang sangat tak terpikirkan sebelumnya. Ha……adakah yang salah dengan penglihatanku? Berkali-kali aku kucek-kucek mataku yang tidak gatal. Karena pensaran yang memuncak, aku pastikan saja pada pemilik warung (mbah rumi).
Dasar, mbah Rumi polos banget….Di sini aku berusaha menahan mualku, tapi dia malah dengan bangga menceritakan wadah-wadah menu kebanggaannya itu. Katanya pispot-pispot itu ia dapatkan dengan susah payah  di sebuah supermarket dalam rangka berburu perabot warungnya  agar menarik pengunjung. Oalah, mbah….Tak tahukah dikau bahwa benda itu tidak seharusnya berada di meja warungmu.
Aku terpaksa berlari kembali ke kamar mandi saking tak kuatnya aku menahan mual. Kutumpahkan semua isi perut dan langsung berlari mengambil  motor untuk pilang. Masa bodoh dengan mereka semua yang terheran-heran memandang tingkahku. Aku berjanji sampai mati tak menceritakan rahasia ini pada siapapun. Biarlah rahasia ini aku pendam dalam-dalam. Kasihan mbah Rumi jika pelanggannya sampai tahu kalau benda berbentuk menyerupai mangkuk besar dari keramik itu adalah pispot.
Baca Terusannya »»